Powered By Blogger

Wednesday, February 1, 2012

Philosophy of Science


FILSAFAT ILMU

                ”Filsafat dapat mendorong berkembangnya ilmu” (philosophy is the mother of science).
                        Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang yang menjadi konsep dasar kehidupan untuk memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Dari filsafat lahirlah  ilmu dan perkembangan ilmu senantiasa dirintis oleh filsafat. Filsafat mendorong orang untuk mengetahui apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui. Filsafat mendorong perluasan wawasan keilmuan, mendorong pengembangan ilmu bahkan munculnya ilmu dan hal-hal baru.  Sehingga tanpa filsafat atau konsep dasar pandangan hidup manusia untuk mengetahui dan mencari jawaban akan sesuatu hal, ilmu tidak akan pernah lahir dan berkembang.

Salah satu karakteristik berpikir filsafati adalah komprehensif.
                  Berfikir secara komprehensif adalah berfikir secara menyeluruh dengan totalitas.  Sebagai ilustrasi dari penjelasan tersebut dalam bidang keilmuan adalah sebuah pengamatan terhadap seekor kambing yang dilakukan oleh petani, guru, pedagang, dan buruh bangunan.  Setelah melakukan pengamatan tentunya mereka akan memberikan penjelasan yang berbeda-beda tentang seekor kambing tersebut sesuai dengan keahlian dan bidang mereka masing-masing.  Seorang petani akan menjelaskan tentang tanaman yang cocok untuk dimakan seekor kambing, seorang guru akan menjelaskan ciri-ciri fisik kambing, seorang pedagang akan menjelaskan tentang untung dan ruginya memelihara kambing, dan seorang buruh bangunan akan menjelaskan tentang bentuk bangunan yang layak untuk kandang kambing.  Hal ini tidak akan terjadi bagi ahli yang berfikir secara filsafati, tentu saja ia akan menjelaskannya secara menyeluruh tentang segala hal yang berhubungan dengan seekor kambing tanpa dipengaruhi bidang-bidang atau keahlian yang ia kuasai.   

        Secara ontologis, objek kajian ilmu adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur.
                   Saya setuju bahwa objek kajian ilmu adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur.  Sesuatu yang ilmiah dapat disebut sebagai ilmu apabila hal tersebut objektif, yang mana ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dengan adanya syarat itu, maka objek kajian ilmu harus dapat diamati.  Selanjutnya adalah metodis, yang mana ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah, sehingga membutuhkan observasi, eksperimen, survai, ataupun studi kasus. Sehingga objek kajian ilmu itu harus bisa diamati dan diukur. Sebagai ilustrasi adalah seorang peneliti akan mencari jawaban tentang perlakuan orang tua mempengaruhi tingkat kecerdasan siswa, meskipun permasalahan yang diteliti bersifat abstrak, peneliti tersebut tetap membutuhkan objek kajian ilmu yang dapat diamati dan terukur.  Objek tersebut antara lain sikap orang tua yang bisa diamati dan kecerdasan siswa yang bisa diukur dari beberapa tes. 

 Metode ilmiah dan cara mengaplikasikan metode tersebut dalam kegiatan penelitian ilmiah
                 Metode ilmiah adalah metode pemecahan masalah yang merupakan penggabungan antara teori dan data, rasionalisme dan empirisme, deduksi dan induksi, justifikasi dan verifikasi, serta kebenaran koherensi dan kebenaan korespondensi.  Seorang peneliti akan mengaplikasikan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara melakukan tahap-tahap yang sistematis, teratur dan terkontrol. Tahapan tesebut diawali dengan pengajuan masalah yang memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Kedua, penyusunan kerangka teoritis yang diawali dengan identifikasi dan kajian berbagai teori yang relevan, serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis yang merupakan keimpulan dari kerangka yang telah disusun. Ketiga, pengujian hipotesis yang berupa penyusunan data yang relevan untuk menilai kesesuaian antara materi pernyataan yang terkandung dalam hipotesis dengan kenyataan empiris yang sebenarnya. Termasuk di dalamnya pemilihan dan penentuan metode penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data, sumber data, lokasi penelitian, dan teknik analisis data. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Tahap ini untuk menilai apakah kenyataan empiris sesuai atau tidak dengan hipotesis yang diajukan.

 Hubungan antara ilmu dan agama
                 Ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia. Sebaliknya, agama dapat membantu memberikan jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijawab oleh ilmu. Agama adalah yang menentukan tujuan, dan ilmu hanya dapat diciptakan oleh mereka yang telah terilhami oleh aspirasi terhadap kebenaran dan pemahaman. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta. Sebagai ilustrasi adalah menurut pandangan Islam bahwa keberadaan agama Islam menjadi sumber motivasi pengembangan ilmu. Agama Islam yang bersumberkan al-Qur’an dan Hadits, mengajar dan mendidik manusia untuk berpikir dan menganalisis tentang unsur kejadian alam semesta beserta isinya. Hal ini menjelaskan bahwa para ilmuwan sekarang hanya menemukan apa yang sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an.                                                                    

No comments:

Post a Comment